Kala mentari paripurna bulan jum’adil tsaniah perlahan masuki ufuk peraduannya, debar hati ini terasa demikian terkobar, sebab sebentar lagi langit malam pertamaku dibulan Rajab kan segera kulihat.
Rajab bagiku adalah bulan yang sangat istimewa. Sebab ia merupakan salah satu bulan yang masuk jajaran bulan-bulan mulia menurut-Nya, selain Rajab berturut-turut ada tiga bulan terpisah yakni, dzulqa’dah dzulhijjah dan muharram. Saking mulianya bulan ini, umat muslim dilarang keras mengadakan segala bentuk peperangan.
Terlebih pada bulan ini ada satu fenomena yang akrab disebut dengan term isra mi’raj, satu fenomena yang dialami oleh manusia termulia kita Rasulullah SAW berupa sebuah perjalanan religi dari masjid al haram makah melesat ke masjid al aqsa yerussalem lantas terbang ke langit menuju keharibaan-Nya, bercakap-cakap dengan hadirat-Nya. Sampai mendapatkan bingkisan shalat lima kali dari-Nya.
Sebuah perjalanan yang fantastis dan luar biasa, kita akan banyak menemukan serentetan hikmah yang luar biasa dari tiap kisah yang terjadi, tinggal bagaimana kita bisa mengkontemplasi tiap-tiap fenomena yang beliau SAW alami.
Sebelum berangkat, seperti yang telah masyhur diceritakan bahwa Ia SAW mengalami operasi pembedahan dada yang dilakukan oleh malaikat jibril as lalu dicucilah hati mulyanya dengan air terbaik dunia yakni zam-zam sebanyak tiga kali, lantas di isilah hati mulya itu dengan hikmah dan iman.
Bukan, bukan berarti bahwa hati Nabi masih mengandung noda ataupun flek hitam, namun pembersihan itu dilakukan agar hati beliau menjadi suci diatas suci sehingga siap untuk berjumpa dengan sosok terindah Allah swt.
Dalam kejadian ini, jibril as memilih untuk melakukan fokus operasi pada satu organ yang bernama hati, kenapa pula hati, padahal masih banyak organ tubuh lain yang lebih kotor dan acapkali bersinggungan langsung dengan zat sisa pencernaan seperti ginjal dan usus?
Sebab memang organ satu ini yang menjadi sentral metabolisme keimanan dan lelaku seseorang. Ia mampu mempengaruhi seluruh bagian tubuh yang lain.
Ibarat sebuah struktur pemerintahan, ia menduduki posisi raja, sementara anggota tubuh yang lain sebagai rakyatnya. Maka kala ia bisa menjadi figur yang saleh, seluruh rakyat pasti juga akan memiliki kepribadian yang saleh.
Seperti yang pernah disebutkan oleh kanjeng Nabi:
sungguh ditubuh seseorang ada satu organ yang kala organ itu baik, baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika organ itu jelek, jadi jeleklah seluruh tubuh itu, ingat organ itu adalah hati.
Maka benar saja jika malaikat jibril mempersiapkan sedemikian rupa kondisi fitrah hati nabi, agar Ia saw benar-benar siap untuk melakukan perjalanan panjang menuju hadirat-Nya.
Hati memang menjadi figur yang paling penting untuk dijaga. Menjaga dan merawat hati menjadi aktivitas yang lebih urgen ketimbang merawat kecantikan paras dan tubuh, bahkan lebih penting dari merawat kecerdasan otak.
Sebab jika hati sudah terkerubungi dengan flek hitam, meski si empunya memiliki paras seindah purnama dan otak seribu giga sekalipun, ia akan terasing dari pergaulan sosial karena lelaku yang ia cuatkan menggambarkan bahwa ialah sosok yang jelek.
Sebaliknya jika hati seindah purnama, meski si empunya berparas jelek dan berotak pas-pasan. Ia akan menjadi dambaan masyarakat, sebab lelaku yang muncul darinya tiada lain adalah tindak kesalehan.
Selaras dengan ungkapan arab: ad dhohir mir’atul bathin, anggota lahir cerminan batin.
Dari sini bisa dipahami bahwa, jika ada seseorang yang memiliki lelaku jelek maka bisa dipastikan hatinya jelek, dan jika ada orang yang memiliki hati baik, mesti yang muncul adalah lelaku baik. Artinya bahwa antara hati dan lelaku seseorang memiliki ikatan sinergi yang kuat sehingga satu pihak menjadi cerminan pihak yang lain.
Lalu bagaimana cara merawat keindahan hati? Tiada lain adalah menghindarkannya dari segenap virus-virus yang biasa menyerang hati, yakni virus ujub, kibir, riya’, dan hasad. Dan menghiasinya dengan zat-zat penting, yakni hikmah kesederhanaan (iffah), keberanian (syaja’ah) dan keadilan (‘adalah).
Memang tiada mudah memproteksi hati dari virus-virus hati tersebut, butuh satu tekad yang seribu kali lebih keras dari baja untuk mengenyahkan segala rupa virus itu dari dalam dada. Sebab memang virus itu acapkali melakukan koalisi dengan para penggoda (setan). Maka langkah terbaik adalah berusaha sekuat tenaga dengan melakukan ‘cleaning’ setiap waktu dengan jalan memperbanyak dzikir kepada-Nya. ala bidzikrillahi tathmainnul qulub.
Akhir coretan: jagalah hati, jangan kau kotori, jagalah hati lentera hidup ini…tarik maaang..:D
ingattt, “al ibarah la tadullu ala nihayatil mu’tabir” 🙂
10:33, Sab 01-06-2013
By Schabieeck ‘de Hiemmamm
Posted from WordPress for BlackBerry.